Bersetubuh Dengan Istri-Istri Tetangga yang Haus

Bersetubuh Dengan Istri-Istri Tetangga yang Haus

Di kompleks perumahan Bajuri, Bang Said dikenal sebagai pria yang tampan dan tegap. Posturnya yang tinggi dan kekar, hasil dari kerja kerasnya sehari-hari, membuatnya menjadi bahan pembicaraan para ibu-ibu penghuni kompleks. Kulitnya yang berwarna cokelat keemasan menambah daya tariknya.

Para ibu, yang kebanyakan telah memiliki anak, sering membayangkan bagaimana rasanya jika memiliki suami seperti Bang Said. Mereka merasa kehidupan rumah tangganya kurang memuaskan, dan menginginkan sesuatu yang lebih. Keinginan ini muncul karena mereka merasakan kurangnya kepuasan dalam hubungan intim dengan suami masing-masing.

Aktivitas seksual yang berkurang setelah memiliki anak, ditambah dengan perubahan fisik alami setelah melahirkan, membuat pengalaman tersebut terasa kurang bergairah. Mereka membandingkan situasi ini dengan masa lalu, sebelum memiliki anak, di mana gairah dan kepuasan terasa lebih maksimal. Meskipun belum pernah melihat secara langsung, para ibu-ibu ini telah membentuk gambaran tentang Bang Said berdasarkan pengamatan dari kejauhan.

Gambaran tersebut semakin kuat karena didukung oleh berbagai hal yang mereka amati. Salah satu kebiasaan Bang Said yang menarik perhatian adalah rutinitas paginya. Ia seringkali keluar rumah dengan hanya mengenakan sarung yang longgar, terkadang hanya dengan kaus singlet usang, atau bahkan tanpa atasan sama sekali.

Keadaan ini tentu saja menjadi pemandangan yang menarik perhatian para ibu-ibu yang memiliki waktu luang. Oleh karena itu, mereka sering berkumpul di warung kopi di depan rumah Bang Said setiap pagi, menikmati camilan sederhana sambil menunggu Bang Said muncul. Mereka menikmati kesempatan ini untuk mengobrol dan mengamati Bang Said yang keluar rumah dengan penampilan yang masih acak-acakan, rambutnya kusut dan wajahnya tampak lelah namun menawan.

Rutinitas inilah yang menjadi sumber gosip dan khayalan mereka. a akan merengakan tubuh kekarnya dengan penuh rasa percaya diri, tanpa menyadari ibu-ibu di depannya berkhayal bisa mencicipi tubuhnya. Dan ritual terpentingnya, setelah puas meregangkan badan dan menghirup udara segar.

Tangan besar Bang Said akan refleks otomatis menggaruk2 bagian depan selangkangannya. Karena hanya berlapiskan sarung kumal tipis, secara tidak sengaja genggaman Bang Said pada batang kejantanannya itu akan membuat bentuk rudalnya tercetak. Samar, namun cukup jelas untuk membuat ibu-ibu komplek menahan napas, menghentikan tawa-tawa ala tukang gosip dan menghentikan suapan-suapan rakus mereka, serentak memperhatikan dengan seksama betapa menjanjikannya ukuran rudal lelaki itu jika dilihat dari cetakan samar yang terbentuk.

Setelah itu Bang Said akan menyapa, “Pagi ibu2!” dengan suara beratnya yang lantang dan tegas. Dan selalu dibalas dengan penuh keramahan oleh Mpok Hindun dkk dengan bonus kerlingan mata genit dan senyum2 penuh arti. Pagi itu semuanya terjadi seperti biasa.

Tanpa ada seorang ibu pun yang tahu kalau fantasi liar mereka pada Bang Said akan menjadi kenyataan hari itu. Namun sayangnya bukan salah satu dari mereka yang beruntung, tapi perempuan yang tidak pernah mengincar Bang Said yang justru akan mendapat berkah itu. ++++++++

Malam itu Bang Said sedang gelisah.

Sudah 5 hari penuh ia tidak mengasah batang pelernya alias coli. Gairah kejantanannya sudah menggelegak. Selalu begitu.

Ia selalu gelisah dan tidak bisa berpikir apa-apa kalau sudah beberapa hari saja tidak memuntahkan cairan kejantanannya. Ia sedang berpikir untuk menunaikan aktivitas onaninya itu saat tiba2 pintu rumahnya diketuk. Ternyata Emak.

“Said…aduh…tolong dong, tolongin Emak! Emak mau kondangan ke kampung sebelah sampai larut malam ntar. Si Juri masih narik, trus Emak suruh jemput pake bajaj nya ntar ke kampung sebelah.

Nah si Oneng tuh ketiduran di kamarnya trus dikunci dari dalem, jadi nggak ada yang jaga rumah. Takut2 kenapa2. Tolong kamu jagain deh sampe Oneng nya bangun ya, Id.

Makasiiih…”

Emak langsung nyerocos dan ngeloyor pergi. Khas Emak, batin Said. Ia tertawa sendiri atas permintaan Emak.

Buat apa dijaga? Siapa yang mau merampok rumah Emak? Mengambil peralatan salon Oneng?

Ah dasar Emak. Paling ia pikir koleksi perhiasan murahannya dalam bahaya. ++++++++

Tentu saja Said tetap menuruti Emak.

15 menit kemudian dia sudah tiba di rumah Oneng. Ia ketuk pintu kamarnya, dan benar saja, tidak ada jawaban. Menungu…menunggu…dan menunggu

20 menit terasa begitu lama dan berat dilalui dengan kondisinya yang sedang di puncak berahi.

Entah apa yang dipikirkannya, ia akhirnya keluar menuju samping rumah Oneng dan mengintip dari balik jendela kamar Oneng. Oneng memang sedang terlelap. Dengan posisi telentang yang serampangan di atas kasur.

cerita ngewe terbaru - Bersetubuh Dengan Istri-Istri Tetangga yang Haus

Mungkin ia kelelahan. Posisi tidur Oneng begitu lugu sampai kakinya mencuat keluar, memberikan Said pandangan leluasa ke balik daster tipis yang dikenakan Oneng. Celakanya, atau untungnya, Oneng tidak memakai celana dalam.

Samar, terlihat serambi lempit Oneng mengintip malu2 dari bawah daster tipisnya. Said selalu berpikir Oneng cukup menarik. Ya, cuma Oneng yang lumayan bisa jadi obat cuci mata sebagai perempuan paling muda diantara gerombolan ibu2 komplek.

Said nggak bisa mengalihkan matanya dari serambi lempit Oneng yang membayang mengintip. Setengah sadar, Said mulai terbakar nafsu berahinya. rudalnya membesar di balik celana pendeknya.

Tanpa dikomando satu tangannya mulai meremas2 batangnya sendiri. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Salah satu kaki Oneng menggeser sedikit ke atas dalam gerekan bawah sadarnya.

Semakin menyingkap serambi lempitnya yang sekarang terlihat jelas. Terawat baik, cukup terlihat rapat dan sempit dan lembab berwarna merah muda. Pandangan yang makin memabukkan ini makin membuat nafsu Said menjadi2.

Sekarang tangannya meremas rudalnya dari dalam. Cairan precum sudah membanjir di balik celananya dan merembes meninggalkan noda basah di bagian depan celananya. Said sudah tak tahan lagi, akhirnya ia menyelinap melalui jendela Oneng ke dalam kamar.

Setelah masuk, mata Said langsung nanar memandangi serambi lempit Oneng yang terlihat makin jelas dari jarak dekat. Ia makin terpesona dan makin terbakar nafsu. Langsung saja Said melolosi celana pendek nya.

Batang rudalnya yang sudah berdenyut-denyut langsung mengacung tegak. Spontan Said mulai meloco batang kejantanannya. Kini posisi Said setengah bersimpuh di pinggir ranjang dengan satu lutut menekuk dan lutut lainnya bertumpu ke lantai.

serambi lempit merah Oneng terekspos jelas di depan mata Said dengan posisi yang belum berubah. Nafas Said makin berat. rudal nya makin tegang dan cairan precum nya sudah menetes-netes di lantai kamar.

Said mulai memutar otak untuk menuntaskan nafsu berahi nya. “Ah sial, gimana caranya gw bisa nempong si Oneng nih yah…terpaksa gw coli aja nih”

Tapi saat Said mulai mengurungkan niatnya untuk bertindak nekat, Oneng bersuara dalam tidurnya lirih, “Nghhh…Bang Juri mah…”, sambil posisi tubuhnya bergeser jadi melebarkan kedua kakinya dan tangan Oneng meraba-raba dadanya sendiri sekedarnya

Disitulah Said kehilangan kendali atas akal sehat nya. Ia mulai makin memperhatikan Oneng yang tampak terbuai dalam mimpi.

“Ah Bang Juri…mmmh”, desahan Oneng ditangkap Said sebagai tanda kalau Oneng sedang bermimpi erotis

Said pun memulai aksi bejatnya. Tangan kasarnya mulai menyusuri paha mulus Oneng naik menuju selangkangan Oneng yang sudah tersingkap. Oneng mendesah.

Said makin menjadi dengan meraba pinggir serambi lempit Oneng. Oneng kembali mendesah pelan. Said makin berani mengerjai serambi lempit Oneng.

Jari-jari kapalan nya menekan permukaan serambi lempit Oneng naik turun. Kali ini Oneng bereaksi dengan munculnya cairan dari serambi lempitnya. Said sudah yakin disitu.

Oneng memang sedang terangsang dalam alam bawah sadarnya. “Bang Juri nakal…ah”, Oneng mendesah polos. Said pun sudah bulat tekad nya untuk menggagahi Oneng.

Ia mulai mengerjai serambi lempit Oneng lebih lagi…kali ini dengan lidahnya. Oneng making blingsatan dalam tidurnya. Desahannya berubah menjadi racauan sambil sesekali menyebut nama Bajuri.

Kini Oneng makin melebarkan kakinya. Memberi Said akses penuh untuk menghisap-hisap serambi lempitnya. Oneng makin terlarut dalam mimpi erotisnya.

Cairan serambi lempitnya sudah membanjir. Said makin semangat mempersiapkan serambi lempit Oneng untuk dientot. Said makin intens melancarkan aksi lidahnya.

Tak disangka Oneng seketika mengejan dan tubuhnya meregang. Ia sudah sampai di orgasme pertamanya, bahkan sebelum Said memenyetubuhiinya dengan rudal kuda keturunan Arab miliknya. Said tersenyum mesum sendiri.

Ia pun berdiri dan melepas kaos oblongnya. Kini ia sudah telanjang bulat. Tubuh kokoh nya berhiaskan sedikit peluh akibat nafsu dan juga “pekerjaan”nya barusan di serambi lempit Oneng.