Daster Tante Tetangga, Membuka Pintu Hasrat Terlarang Remajaku

Daster Tante Tetangga, Membuka Pintu Hasrat Terlarang Remajaku

Masa-masa remaja adalah periode penemuan diri yang penuh gejolak, dan bagi saya, hal ini terasa sangat intens. Saya tumbuh dalam lingkungan di mana interaksi dengan orang dewasa, khususnya kaum perempuan, berpengaruh besar pada perkembangan saya. Kedekatan dengan keluarga dan kebiasaan berkumpulnya para tetangga di rumah kami menciptakan suasana yang, dalam pandangan saya yang masih muda saat itu, menawarkan kesempatan untuk mengamati dan mengalami hal-hal yang menimbulkan rasa penasaran dan kebingungan.

Salah satu tetangga kami, yang saya panggil Tante Dela, memiliki pesona yang mencolok. Kecantikannya dan kehangatannya membuat saya merasa tertarik. Beliau sering berkunjung ke rumah, dan kedekatannya dengan keluarga kami terasa begitu alami.

Saya ingat, sore-sore biasanya ramai ibu-ibu berkumpul di rumah, berbincang dan bercanda. Di tengah keramaian itu, perhatian saya seringkali tertuju pada Tante Dela. Pakaiannya yang sederhana, seperti daster atau celana pendek, menambah rasa penasaran saya.

Saya sering duduk di ruang TV, pura-pura menonton televisi, sementara secara diam-diam mengamati Tante Dela dan para tetangga. Postur tubuhnya, cara ia duduk, terkadang menimbulkan rasa canggung dan sekaligus menarik bagi saya yang masih dalam masa pubertas. Saya menyadari bahwa pikiran-pikiran saya berkembang ke arah yang, mungkin, belum seharusnya.

Ada rasa malu dan juga rasa ingin tahu yang kuat bercampur aduk dalam diri saya. Terkadang, keasyikan percakapan membuat saya lupa sejenak pada rasa malu. Ada kalanya saya memperhatikan detail-detail kecil yang mungkin tidak disengaja, dan hal itu menimbulkan berbagai perasaan kompleks dalam diri saya, campuran rasa tertarik, takut, dan penasaran yang sulit saya pahami dan artikan.

Pengalaman-pengalaman ini membentuk persepsi saya tentang dunia dewasa dan hubungan antar manusia, mengajarkan saya tentang kompleksitas emosi dan pertumbuhan yang penuh dinamika selama masa remaja. Saya mulai menyadari bahwa ketertarikan saya terhadap Tante Dela merupakan bagian dari perjalanan panjang penemuan diri dan pemahaman akan perasaan-perasaan yang baru saya alami. itu.

Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante. Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Dela pula ikut wah asyik juga nih pikir ku.

Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung. Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Dela mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Dela di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.

Lalu Tante Dela menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Dela, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Delan ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut. “Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Dela sambil mulai berjongkok.

Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr..

serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Dela kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Dela boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm.

Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Dela. “Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Dela. “Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.

“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Dela. “Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku. Tante Dela cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.

“Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Dela. Aku hanya mengangguk mengiyakan saja.

Lalu tanganku dipegang ke arah serambi lempitnya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya serambi lempit. Tante Dela membiarkanku memegang-megang serambi lempitnya.

“Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”. “Iyah Tante”, jawabku. Lalu Tante Dela menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.

Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.

“Lex, kamu enggak ikut?” tanya mamiku. “Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku. “Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.

“Dela, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Dela. “Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Dela. Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Dela berdua saja di villa, Tante Dela baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.

“Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?” tanya Tante Dela sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya. “Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku.

Tante Dela begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun. “Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?” kelakar Tante Dela padaku. Aku pun bingung, “Memangya kepala yang bawah ada Tante?

kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos. “Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Dela sambil memegang si kecilku. “Ah Tante bisa saja” kataku.

“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja. Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Dela, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante”

“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Dela sambil menurunkan celanaku dan CDku. Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.

“Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”

“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos. “Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Dela.

Lalu di genggamnya batang rudalku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga rudalku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini. “Achh..

cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang serambi lempit Tante Dela yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Dela hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing. “Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.

“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Dela. Aku bingung campur heran melihat rudalku dikulum dalam mulut Tante Dela karena Tante Dela tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya. “Hhgg..achh..

Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas serambi lempit Tante Dela yang kurasakan berdenyut-denyut. Tante Delapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras. “Croott..

ser.. err.. srett..” muncratlah air kenikmatanku dalam mulut Tante Dela, Tante Dela pun langsung menyedot sambil menelan kenikmatanku sambil menjilatnya.

Dan kurasakan serambi lempit Tante Dela berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Dela lembab dan agak basah. “Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Dela. “Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”

“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?”

“Enggak Tante”

cerita ngewe terbaru - Daster Tante Tetangga, Membuka Pintu Hasrat Terlarang Remajaku

Tanpa kusadari tanganku masih memegang serambi lempit Tante Dela.

“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah

“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku. “Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Dela.

Tante Dela pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Dela basah entah kenapa. “Tante kencing yah?” tanyaku. “Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante basah”.

Dilepaskannya pula celana dalam Tante Dela dan mengelap serambi lempitnya dengan handukku. Lalu Tante Dela duduk di sampingku

“Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang serambi lempit Tante Dela dengan tangan yang agak gemetar, Tante Dela hanya ketawa kecil.

“Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Dela. Dia mulai memegang rudalku lagi, “Lex Tante mau itu nih”.

“Mau apa Tante?”

“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Dela. “Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”

“Tapi Alex enggak bisa Tante caranya”

“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante Dela padaku. Mulailah tangannya mengelus rudalku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus serambi lempit Tante Dela yang di tumbuhi bulu halus.

“Lex jilatin donk punya Tante yah” katanya. “Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi”

“Coba saja Lex”

Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Dela di atas dan tanpa pikir panjang Tante Dela pun mulai mengulum rudalku.

“Achh.. hgghhghh.. Tante”

Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium serambi lempit Tante Dela tidak berbau apa-apa.

Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya serambi lempit Tante Dela seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati serambi lempit Tante Dela sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Dela dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat. Tante Dela pun masih asyik mengulum rudalku yang masih layu kemudian Tante Dela menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu. “Kamu tahu enggak mandi kucing Lex” kata Tante Dela.

Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Dela pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan rudalku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Dela pun langsung menjilati rudalku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

Kulihat payudara Tante Dela mengeras, Tante Dela menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok rudalku, tanganku pun meremas payudara Tante Dela. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati serambi lempit Tante Dela, langsung Tante Dela kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati serambi lempit Tante Dela seperti menjilati es krim. “Achh..

uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex” kata Tante Dela sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir serambi lempitnya.

Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari serambi lempit Tante Dela tanpa sengaja tertelan olehku. “Lex masukin donk Tante enggak tahan nih”

“Tante gimana caranya?”

Tante Dela pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas rudalku dan langsung menancapkannya ke dalam serambi lempitnya. Tante Dela naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur.

Setengah jam kami bergumul dan Tante Dela pun mengejang hebat. “Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Dela.

Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam serambi lempit Tante Dela. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan serambi lempit Tante Dela mungurut-urut rudalku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Dela sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak.

Tante Dela tidak mencabut rudalku dan membiarkanya di dalam serambi lempitnya. “Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Dela padaku. Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Delapun langsung mengocok rudalku dengan serambi lempitnya dengan posisi yang seperti tadi.

“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi. “Tante Alex kayanya mau kencing niih”

Tante Dela pun langsung bangun dan mengulum rudalku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan kenikmatanku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Dela pun menelannya dan menghisap ujung kepala rudalku untuk menyedot habis kenikmatanku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.

Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Dela menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Dela yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Dela, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Dela di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Dela.

Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Dela, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore. “Lex kamu sudah baikan?” tanya Mamiku. “Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.

“Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Dela. “Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Dela. Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Dela yang semobil denganku.

Mami yang menyopir ditekenikmatan Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Dela. Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Dela bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Dela.

Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Dela sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Dela ternyata menagalami ejakulasi dini.

Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Dela. Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Dela bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menekenikmatan seorang kenalan Tante Dela yang nasibnya sama seperti Tante Dela, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air kenikmatan pria muda.